KONSEP
BELAJAR DAN PEMBELAJARAN
Konsep Belajar
Belajar, pada
hakekatnya, adalah proses interaksi terhadap semua situasi yang ada di sekitar
individu. Belajar dapat dipandang sebagai proses yang diarahkan kepada tujuan dan proses berbuat melalui berbagai pengalaman. Menurut Sudjana,1989 Belajar
juga merupakan proses melihat, mengamati dan memahami sesuatu. Sedangkan
menurut Witherington, 1952 menyebutkan bahwa “Belajar merupakan perubahan
dalam kepribadian yang dimanifestasikan sebagai suatu pola-pola respon yang
berupa keterampilan, sikap, kebiasaan, kecakapan atau pemahaman”.
Beberapa hal yang
berkaitan dengan pengertian belajar yaitu belajar suatu proses yang
berkesinambungan yang berlangsung sejak lahir hingga akhir hayat, dalam belajar
terjadi adanya perubahan tingkah laku yang bersifat relatif permanen, hasil
belajar ditunjukan dengan tingkah laku,dalam belajar ada aspek yang berperan
yaitu motivasi, emosional, sikap,dan yang lainnya. Menurut Gagne dan Briggs
(1988), perubahan tingkah laku dalam proses belajar menghasilkan aspek
perubahan seperti kemampuan membedakan, konsep kongkrit, konsep terdefinisi,
nilai, nilai/aturan tingkat tinggi, strategi kognitif, informasi verbal, sikap,
dan keterampilan motorik.
Proses belajar terjadi
apabila individu dihadapkan pada situasi di mana ia tidak dapat menyesuaikan diri dengan cara biasa, atau apabila ia harus mengatasi
rintangan-rintangan yang mengganggu kegiatan-kegiatan yang diinginkan. Proses
penyesuain diri mengatasi rintangan terjadi secara tidak sadar, tanpa pemikiran
yang banyak terhadap apa yang dilakukan. Dalam hal ini pelajar mencoba
melakukan kebiasaan atau tingkah laku yang telah terbentuk hingga ia mencapai
respon yang memuaskan.
Jadi belajar adalah
suatu proses perubahan tingkah laku yang berkesinambungan antara berbagai unsur
dan berlangsung seumur hidup yang didorong oleh berbagai aspek seperti
motivasi, emosional, sikap dan yang lainnya dan pada akhirnya menghasilkan
sebuah tingkah laku yang diharapkan. Unsur utama dalam belajar adalah individu
sebagai peserta belajar, kebutuhan sebagai sumber pendorong, situasi belajar,
yang memberikan kemungkinan terjadinya kegiatan belajar.
Konsep Pembelajaran
Pembelajaran (instruction)
merupakan akumulasi dari konsep mengajar (teaching) dan konsep belajar (learning).
Penekanannya terletak pada perpaduan antara keduanya, yakni kepada penumbuhan
aktivitas subjek didik. Konsep tersebut dapat dipandang sebagi suatu sistem.
sehingga dalam sistem belajar ini terdapat komponen-komponen siswa atau peserta didik, tujuan, materi untuk mencapai tujuan, fasilitas dan
prosedur serta alat atau media yang harus dipersiapkan. Davis, l974
mengungkapkan bahwa learning system menyangkut pengorganisasian dari perpaduan
antara manusia, pengalamanbelajar, fasilitas, pemeliharaan atau pengontrolan,
dan prosedur yang mengatur interaksi perilaku pembelajaran untuk mencapai
tujuan sedangkan dalam system teaching sistem, komponen perencanaan mengajar,
bahan ajar, tujuan, materi dan metode, serta penilaian dan langkah mengajar
akan berhubungan dengan aktivitas belajar untuk mencapai tujuan.
Kenyataan bahwa dalam
proses pembelajaran terjadi pengorganisasian, pengelolaan dan transformasi
informasi oleh dan dari guru kepada siswa. Menurut Meier, 2002 mengemukakan
bahwa semua pembelajaran manusia pada hakekatnya mempunyai empat unsur, yakni
persiapan (preparation), penyampaian (presentation), pelatihan (practice),
penampilan hasil (performance).
a. Persiapan (Preparation)
Tahap persiapan
berkaitan dengan mempersiapkan peserta belajar untuk belajar. Tanpa itu,
pembelajaran akan lambat dan bahkan dapat berhenti sama sekali. Salah satu
tujuan penyiapan peserta belajar adalah mengajaknya memasuki kembali dunia
kanak-kanak mereka, sehingga kemampuan bawaan mereka untuk belajar dapat
berkembang sendiri. Dunia kanak-kanak ditandai dengan keterbukaan, kebebasan,
kegembiraan dan rasa ingin tahu yang sangat besar.
Hal tersebut dapat
dilakukan dengan memberikan sugesti positif, memberikan pernyataan yang memberi
manfaat, menenangkan rasa takut, menyingkirkan hambatan belajar, banyak
bertanya dan mengemukakan berbagai masalah, merangsang rasa ingin tahu dan
mengajak belajar penuh dari awal, membangkitkan rasa ingin tahu, menciptakan lingkungan
fisik, emosional, sosial yang positif, memberikan tujuan yang jelas dan
bermakna. Pembelajaran jika dilakukan dengan persiapan matang sesuai dengan
karakteristik kebutuhan, materi, metode, pendekatan, lingkungan serta kemampuan
guru, maka hasilnya diasumsikan akan lebih optimal.
Asumsi negatif tentang
belajar cenderung menciptakan pengalaman negatif dan asumsi positif cenderung
menciptakan pengalaman positif. Sugesti tidak boleh berlebihan, menimbulkan
kesan bodoh, dangkal, tetapi harus realistik, jujur dan tidak bertele-tele.
Menurut Merton (1986), dalam kejadian apapun, jika sudah menetapkan hati untuk
mencapai hasil positif, kemungkinan besar hasil positif yang akan dicapai.
Ketika asumsi negatif sudah digantikan dengan yang positif, maka rasa gembira
dan lega dapat mempercepat pembelajaran.
Menciptakan asumsi
positif tentang belajar dapat dilakukan dengan menata tempat duduk secara
dinamis, menghiasi ruang belajar, atau apa yang ada dalam lingkungan belajar
yang dapat menambah warna, keindahan, minat serta rangsangan belajar peserta
didik. Termasuk dengan kehangatan musik, sebagaimana banyak dilakukan dalam
inovasi-inovasi pembelajaran modern saat ini.
Ada garis lurus antara
tujuan dan manfaat, tetapi tujuan cenderung dikaitkan dengan apa, sedangkan
manfaat dikaitkan dengan “mengapa”. Peserta belajar dapat belajar paling baik
jika mereka tahu mengapa mereka belajar dan dapat menghargai bahwa pembelajaran
mereka punya relevansi dan nilai bagi diri mereka secara pribadi. Orang belajar
untuk mendapatkan hasil bagi diri sendiri. Jika mereka tidak melihat ada
hasilnya, mengapa harus belajar.
Oleh karena itu, penting
sekali untuk sejak awal menegaskan manfaat belajar sesuatu agar orang merasa
terkait dengan topik pelajaran itu secara positif. Dalam banyak kasus,
persiapan pembelajaran dapat dimulai sebelum dimulainya program belajar.
Kerjasama membantu peserta belajar mengurangi stres dan lebih banyak
memanfaatkan energinya untuk belajar. Interaksi sangat penting dalam membangun
komunitas belajar. Hal ini dapat dimulai dengan program tugas kelompok yang
dikaitkan dengan pengenalan, tujuan, manfaat bagi peserta belajar atau
penilaian pengetahuan. Upaya belajar benar-benar bergantung pada peserta
belajar dan bukan merupakan tanggung jawab perancang atau fasilitatornya.
b. Penyampaian (Presentation)
Tahap penyampaian dalam
siklus pembelajaran dimaksudkan untuk mempertemukan peserta belajar dengan
materi belajar yang mengawali proses belajar secara positif dan menarik. Tahap
penyampaian dapat dilakukan dengan kegiatan presentasi di kelas. Belajar adalah
menciptakan pengetahuan, bukan menelan informasi, maka presentasi dilakukan
semata-mata untuk mengawali proses belajar dan bukan untuk dijadikan fokus
utama.
Tujuan tahap penyampaian
adalah membantu peserta belajar menemukan materi belajar yang baru dengan cara
yang menarik, menyenangkan, relevan, melibatkan penca indra dan cocok untu
semua gaya belajar. Hal ini dapat dilakukan melalui uji coba kolaboratif dan
berbagi pengetahuan, pengamatan fenomena dunia nyata, pelibatan seluruh otak
dan tubuh peserta belajar,presentasi interaktif, melalui aneka macam cara yang
disesuaikan dengan seluruh gaya belajar termasuk melalui proyek belajar
berdasarkan-kemitraan dan berdasarkan tim, pelatihan menemukan, atau dengan
memberi pengalaman belajar didunia nyata yang kontekstual serta melalui
pelatihan memecahkan masalah.
c. Latihan (Practice)
Tahap latihan ini dalam
siklus pembelajaran berpengarruh terhadap 70% atau lebih pengalaman belajar
keseluruhan. Dalam tahap inilah pembelajaran yang sebenarnya berlangsung.
Peranan instruktur atau pendidik hanyalah memprakarsai proses belajar dan
menciptaan suasana yang mendukung kelancaran pelatihan. Dengan kata lain tugas
instruktur atau pendidik adalah menyusun konteks tempat peserta belajar dapat
menciptakan isi yang bermakna mengenai materi belajar yang sedang dibahas.
Tujuan tahap pelatihan adalah membantu peserta belajar mengintegrasikan dan
menyerap pengetahuan dan keterampilan baru dengan berbagai cara. Seperti
aktifitas pemrosesan, permainan dalam belajar, aktifitas pemecahan masalah dan
refleksi dan artikulasi individu, dialog berpasangan atau kelompok, pengajaran
dan tinjauan kolaboratif termasuk aktifitas praktis dalam membangun
keterampilan lainnya.
d. Penampilan Hasil (Performance)
Proses belajar
seringkali mengabaikan tahap adahal ini sangat penting disadari bahwa tahap ini merupakan satu kesatuan dengan keseluruhan proses belajar. Tujuan tahap penampilan hasil ini
adalah untuk memastikan bahwa pembelajaran tetap melekat dan berhasil
diterapkan, membantu peserta belajar menerapkan danmemperluas pengetahuan atau
keterampilan baru mereka pada pekerjaan sehingga hasil belajar akan melekat dan
penampilan hasil akan terus meningkat seperti; penerapan di dunia maya dalam
tempo segera, penciptaan dan pelaksanaan rencana aksi, dan aktifitas penguatan
penerapan. Setelah mengalami tiga tahap pertama dalam siklus pembelajaran, kita
perlu memastikan bahwa orang melaksanakan pengetahuan dan keterampilan baru
mereka pada pekerjaan mereka, nilai-nilai nyata bagi diri mereka sendiri,
organisasi dan klien organisasi.
Persoalannya dalam dunia
pendidikan di persekolahan banyak yang menyalahi proses ini. Padahal jika salah
satu dari empat tahap tersebut tidak ada, maka belajarpun cenderung merosot
atau terhenti sama sekali. Pembelajaran akan terganggu jika peserta belajar
tidak terbuka dan tidak siap untuk belajar, tidak menyadari manfaat belajar
untuk diri sendiri, tidak memiliki minat, atau terhambat oleh rintangan
belajar. Hal yang sama terjadi jika gaya belajar pribadi seseorang tidak
diperhatikan dalam tahap penyampaian.
KONSEP
BELAJAR DAN PEMBELAJARAN
Konsep Belajar
Belajar, pada
hakekatnya, adalah proses interaksi terhadap semua situasi yang ada di sekitar
individu. Belajar dapat dipandang sebagai proses yang diarahkan kepada tujuan dan proses berbuat melalui berbagai pengalaman. Menurut Sudjana,1989 Belajar
juga merupakan proses melihat, mengamati dan memahami sesuatu. Sedangkan
menurut Witherington, 1952 menyebutkan bahwa “Belajar merupakan perubahan
dalam kepribadian yang dimanifestasikan sebagai suatu pola-pola respon yang
berupa keterampilan, sikap, kebiasaan, kecakapan atau pemahaman”.
Beberapa hal yang
berkaitan dengan pengertian belajar yaitu belajar suatu proses yang
berkesinambungan yang berlangsung sejak lahir hingga akhir hayat, dalam belajar
terjadi adanya perubahan tingkah laku yang bersifat relatif permanen, hasil
belajar ditunjukan dengan tingkah laku,dalam belajar ada aspek yang berperan
yaitu motivasi, emosional, sikap,dan yang lainnya. Menurut Gagne dan Briggs
(1988), perubahan tingkah laku dalam proses belajar menghasilkan aspek
perubahan seperti kemampuan membedakan, konsep kongkrit, konsep terdefinisi,
nilai, nilai/aturan tingkat tinggi, strategi kognitif, informasi verbal, sikap,
dan keterampilan motorik.
Proses belajar terjadi
apabila individu dihadapkan pada situasi di mana ia tidak dapat menyesuaikan diri dengan cara biasa, atau apabila ia harus mengatasi
rintangan-rintangan yang mengganggu kegiatan-kegiatan yang diinginkan. Proses
penyesuain diri mengatasi rintangan terjadi secara tidak sadar, tanpa pemikiran
yang banyak terhadap apa yang dilakukan. Dalam hal ini pelajar mencoba
melakukan kebiasaan atau tingkah laku yang telah terbentuk hingga ia mencapai
respon yang memuaskan.
Jadi belajar adalah
suatu proses perubahan tingkah laku yang berkesinambungan antara berbagai unsur
dan berlangsung seumur hidup yang didorong oleh berbagai aspek seperti
motivasi, emosional, sikap dan yang lainnya dan pada akhirnya menghasilkan
sebuah tingkah laku yang diharapkan. Unsur utama dalam belajar adalah individu
sebagai peserta belajar, kebutuhan sebagai sumber pendorong, situasi belajar,
yang memberikan kemungkinan terjadinya kegiatan belajar.
Konsep Pembelajaran
Pembelajaran (instruction)
merupakan akumulasi dari konsep mengajar (teaching) dan konsep belajar (learning).
Penekanannya terletak pada perpaduan antara keduanya, yakni kepada penumbuhan
aktivitas subjek didik. Konsep tersebut dapat dipandang sebagi suatu sistem.
sehingga dalam sistem belajar ini terdapat komponen-komponen siswa atau peserta didik, tujuan, materi untuk mencapai tujuan, fasilitas dan
prosedur serta alat atau media yang harus dipersiapkan. Davis, l974
mengungkapkan bahwa learning system menyangkut pengorganisasian dari perpaduan
antara manusia, pengalamanbelajar, fasilitas, pemeliharaan atau pengontrolan,
dan prosedur yang mengatur interaksi perilaku pembelajaran untuk mencapai
tujuan sedangkan dalam system teaching sistem, komponen perencanaan mengajar,
bahan ajar, tujuan, materi dan metode, serta penilaian dan langkah mengajar
akan berhubungan dengan aktivitas belajar untuk mencapai tujuan.
Kenyataan bahwa dalam
proses pembelajaran terjadi pengorganisasian, pengelolaan dan transformasi
informasi oleh dan dari guru kepada siswa. Menurut Meier, 2002 mengemukakan
bahwa semua pembelajaran manusia pada hakekatnya mempunyai empat unsur, yakni
persiapan (preparation), penyampaian (presentation), pelatihan (practice),
penampilan hasil (performance).
a. Persiapan (Preparation)
Tahap persiapan
berkaitan dengan mempersiapkan peserta belajar untuk belajar. Tanpa itu,
pembelajaran akan lambat dan bahkan dapat berhenti sama sekali. Salah satu
tujuan penyiapan peserta belajar adalah mengajaknya memasuki kembali dunia
kanak-kanak mereka, sehingga kemampuan bawaan mereka untuk belajar dapat
berkembang sendiri. Dunia kanak-kanak ditandai dengan keterbukaan, kebebasan,
kegembiraan dan rasa ingin tahu yang sangat besar.
Hal tersebut dapat
dilakukan dengan memberikan sugesti positif, memberikan pernyataan yang memberi
manfaat, menenangkan rasa takut, menyingkirkan hambatan belajar, banyak
bertanya dan mengemukakan berbagai masalah, merangsang rasa ingin tahu dan
mengajak belajar penuh dari awal, membangkitkan rasa ingin tahu, menciptakan lingkungan
fisik, emosional, sosial yang positif, memberikan tujuan yang jelas dan
bermakna. Pembelajaran jika dilakukan dengan persiapan matang sesuai dengan
karakteristik kebutuhan, materi, metode, pendekatan, lingkungan serta kemampuan
guru, maka hasilnya diasumsikan akan lebih optimal.
Asumsi negatif tentang
belajar cenderung menciptakan pengalaman negatif dan asumsi positif cenderung
menciptakan pengalaman positif. Sugesti tidak boleh berlebihan, menimbulkan
kesan bodoh, dangkal, tetapi harus realistik, jujur dan tidak bertele-tele.
Menurut Merton (1986), dalam kejadian apapun, jika sudah menetapkan hati untuk
mencapai hasil positif, kemungkinan besar hasil positif yang akan dicapai.
Ketika asumsi negatif sudah digantikan dengan yang positif, maka rasa gembira
dan lega dapat mempercepat pembelajaran.
Menciptakan asumsi
positif tentang belajar dapat dilakukan dengan menata tempat duduk secara
dinamis, menghiasi ruang belajar, atau apa yang ada dalam lingkungan belajar
yang dapat menambah warna, keindahan, minat serta rangsangan belajar peserta
didik. Termasuk dengan kehangatan musik, sebagaimana banyak dilakukan dalam
inovasi-inovasi pembelajaran modern saat ini.
Ada garis lurus antara
tujuan dan manfaat, tetapi tujuan cenderung dikaitkan dengan apa, sedangkan
manfaat dikaitkan dengan “mengapa”. Peserta belajar dapat belajar paling baik
jika mereka tahu mengapa mereka belajar dan dapat menghargai bahwa pembelajaran
mereka punya relevansi dan nilai bagi diri mereka secara pribadi. Orang belajar
untuk mendapatkan hasil bagi diri sendiri. Jika mereka tidak melihat ada
hasilnya, mengapa harus belajar.
Oleh karena itu, penting
sekali untuk sejak awal menegaskan manfaat belajar sesuatu agar orang merasa
terkait dengan topik pelajaran itu secara positif. Dalam banyak kasus,
persiapan pembelajaran dapat dimulai sebelum dimulainya program belajar.
Kerjasama membantu peserta belajar mengurangi stres dan lebih banyak
memanfaatkan energinya untuk belajar. Interaksi sangat penting dalam membangun
komunitas belajar. Hal ini dapat dimulai dengan program tugas kelompok yang
dikaitkan dengan pengenalan, tujuan, manfaat bagi peserta belajar atau
penilaian pengetahuan. Upaya belajar benar-benar bergantung pada peserta
belajar dan bukan merupakan tanggung jawab perancang atau fasilitatornya.
b. Penyampaian (Presentation)
Tahap penyampaian dalam
siklus pembelajaran dimaksudkan untuk mempertemukan peserta belajar dengan
materi belajar yang mengawali proses belajar secara positif dan menarik. Tahap
penyampaian dapat dilakukan dengan kegiatan presentasi di kelas. Belajar adalah
menciptakan pengetahuan, bukan menelan informasi, maka presentasi dilakukan
semata-mata untuk mengawali proses belajar dan bukan untuk dijadikan fokus
utama.
Tujuan tahap penyampaian
adalah membantu peserta belajar menemukan materi belajar yang baru dengan cara
yang menarik, menyenangkan, relevan, melibatkan penca indra dan cocok untu
semua gaya belajar. Hal ini dapat dilakukan melalui uji coba kolaboratif dan
berbagi pengetahuan, pengamatan fenomena dunia nyata, pelibatan seluruh otak
dan tubuh peserta belajar,presentasi interaktif, melalui aneka macam cara yang
disesuaikan dengan seluruh gaya belajar termasuk melalui proyek belajar
berdasarkan-kemitraan dan berdasarkan tim, pelatihan menemukan, atau dengan
memberi pengalaman belajar didunia nyata yang kontekstual serta melalui
pelatihan memecahkan masalah.
c. Latihan (Practice)
Tahap latihan ini dalam
siklus pembelajaran berpengarruh terhadap 70% atau lebih pengalaman belajar
keseluruhan. Dalam tahap inilah pembelajaran yang sebenarnya berlangsung.
Peranan instruktur atau pendidik hanyalah memprakarsai proses belajar dan
menciptaan suasana yang mendukung kelancaran pelatihan. Dengan kata lain tugas
instruktur atau pendidik adalah menyusun konteks tempat peserta belajar dapat
menciptakan isi yang bermakna mengenai materi belajar yang sedang dibahas.
Tujuan tahap pelatihan adalah membantu peserta belajar mengintegrasikan dan
menyerap pengetahuan dan keterampilan baru dengan berbagai cara. Seperti
aktifitas pemrosesan, permainan dalam belajar, aktifitas pemecahan masalah dan
refleksi dan artikulasi individu, dialog berpasangan atau kelompok, pengajaran
dan tinjauan kolaboratif termasuk aktifitas praktis dalam membangun
keterampilan lainnya.
d. Penampilan Hasil (Performance)
Proses belajar
seringkali mengabaikan tahap adahal ini sangat penting disadari bahwa tahap ini merupakan satu kesatuan dengan keseluruhan proses belajar. Tujuan tahap penampilan hasil ini
adalah untuk memastikan bahwa pembelajaran tetap melekat dan berhasil
diterapkan, membantu peserta belajar menerapkan danmemperluas pengetahuan atau
keterampilan baru mereka pada pekerjaan sehingga hasil belajar akan melekat dan
penampilan hasil akan terus meningkat seperti; penerapan di dunia maya dalam
tempo segera, penciptaan dan pelaksanaan rencana aksi, dan aktifitas penguatan
penerapan. Setelah mengalami tiga tahap pertama dalam siklus pembelajaran, kita
perlu memastikan bahwa orang melaksanakan pengetahuan dan keterampilan baru
mereka pada pekerjaan mereka, nilai-nilai nyata bagi diri mereka sendiri,
organisasi dan klien organisasi.
Persoalannya dalam dunia
pendidikan di persekolahan banyak yang menyalahi proses ini. Padahal jika salah
satu dari empat tahap tersebut tidak ada, maka belajarpun cenderung merosot
atau terhenti sama sekali. Pembelajaran akan terganggu jika peserta belajar
tidak terbuka dan tidak siap untuk belajar, tidak menyadari manfaat belajar
untuk diri sendiri, tidak memiliki minat, atau terhambat oleh rintangan
belajar. Hal yang sama terjadi jika gaya belajar pribadi seseorang tidak
diperhatikan dalam tahap penyampaian.
KONSEP
BELAJAR DAN PEMBELAJARAN
Konsep Belajar
Belajar, pada
hakekatnya, adalah proses interaksi terhadap semua situasi yang ada di sekitar
individu. Belajar dapat dipandang sebagai proses yang diarahkan kepada tujuan dan proses berbuat melalui berbagai pengalaman. Menurut Sudjana,1989 Belajar
juga merupakan proses melihat, mengamati dan memahami sesuatu. Sedangkan
menurut Witherington, 1952 menyebutkan bahwa “Belajar merupakan perubahan
dalam kepribadian yang dimanifestasikan sebagai suatu pola-pola respon yang
berupa keterampilan, sikap, kebiasaan, kecakapan atau pemahaman”.
Beberapa hal yang
berkaitan dengan pengertian belajar yaitu belajar suatu proses yang
berkesinambungan yang berlangsung sejak lahir hingga akhir hayat, dalam belajar
terjadi adanya perubahan tingkah laku yang bersifat relatif permanen, hasil
belajar ditunjukan dengan tingkah laku,dalam belajar ada aspek yang berperan
yaitu motivasi, emosional, sikap,dan yang lainnya. Menurut Gagne dan Briggs
(1988), perubahan tingkah laku dalam proses belajar menghasilkan aspek
perubahan seperti kemampuan membedakan, konsep kongkrit, konsep terdefinisi,
nilai, nilai/aturan tingkat tinggi, strategi kognitif, informasi verbal, sikap,
dan keterampilan motorik.
Proses belajar terjadi
apabila individu dihadapkan pada situasi di mana ia tidak dapat menyesuaikan diri dengan cara biasa, atau apabila ia harus mengatasi
rintangan-rintangan yang mengganggu kegiatan-kegiatan yang diinginkan. Proses
penyesuain diri mengatasi rintangan terjadi secara tidak sadar, tanpa pemikiran
yang banyak terhadap apa yang dilakukan. Dalam hal ini pelajar mencoba
melakukan kebiasaan atau tingkah laku yang telah terbentuk hingga ia mencapai
respon yang memuaskan.
Jadi belajar adalah
suatu proses perubahan tingkah laku yang berkesinambungan antara berbagai unsur
dan berlangsung seumur hidup yang didorong oleh berbagai aspek seperti
motivasi, emosional, sikap dan yang lainnya dan pada akhirnya menghasilkan
sebuah tingkah laku yang diharapkan. Unsur utama dalam belajar adalah individu
sebagai peserta belajar, kebutuhan sebagai sumber pendorong, situasi belajar,
yang memberikan kemungkinan terjadinya kegiatan belajar.
Konsep Pembelajaran
Pembelajaran (instruction)
merupakan akumulasi dari konsep mengajar (teaching) dan konsep belajar (learning).
Penekanannya terletak pada perpaduan antara keduanya, yakni kepada penumbuhan
aktivitas subjek didik. Konsep tersebut dapat dipandang sebagi suatu sistem.
sehingga dalam sistem belajar ini terdapat komponen-komponen siswa atau peserta didik, tujuan, materi untuk mencapai tujuan, fasilitas dan
prosedur serta alat atau media yang harus dipersiapkan. Davis, l974
mengungkapkan bahwa learning system menyangkut pengorganisasian dari perpaduan
antara manusia, pengalamanbelajar, fasilitas, pemeliharaan atau pengontrolan,
dan prosedur yang mengatur interaksi perilaku pembelajaran untuk mencapai
tujuan sedangkan dalam system teaching sistem, komponen perencanaan mengajar,
bahan ajar, tujuan, materi dan metode, serta penilaian dan langkah mengajar
akan berhubungan dengan aktivitas belajar untuk mencapai tujuan.
Kenyataan bahwa dalam
proses pembelajaran terjadi pengorganisasian, pengelolaan dan transformasi
informasi oleh dan dari guru kepada siswa. Menurut Meier, 2002 mengemukakan
bahwa semua pembelajaran manusia pada hakekatnya mempunyai empat unsur, yakni
persiapan (preparation), penyampaian (presentation), pelatihan (practice),
penampilan hasil (performance).
a. Persiapan (Preparation)
Tahap persiapan
berkaitan dengan mempersiapkan peserta belajar untuk belajar. Tanpa itu,
pembelajaran akan lambat dan bahkan dapat berhenti sama sekali. Salah satu
tujuan penyiapan peserta belajar adalah mengajaknya memasuki kembali dunia
kanak-kanak mereka, sehingga kemampuan bawaan mereka untuk belajar dapat
berkembang sendiri. Dunia kanak-kanak ditandai dengan keterbukaan, kebebasan,
kegembiraan dan rasa ingin tahu yang sangat besar.
Hal tersebut dapat
dilakukan dengan memberikan sugesti positif, memberikan pernyataan yang memberi
manfaat, menenangkan rasa takut, menyingkirkan hambatan belajar, banyak
bertanya dan mengemukakan berbagai masalah, merangsang rasa ingin tahu dan
mengajak belajar penuh dari awal, membangkitkan rasa ingin tahu, menciptakan lingkungan
fisik, emosional, sosial yang positif, memberikan tujuan yang jelas dan
bermakna. Pembelajaran jika dilakukan dengan persiapan matang sesuai dengan
karakteristik kebutuhan, materi, metode, pendekatan, lingkungan serta kemampuan
guru, maka hasilnya diasumsikan akan lebih optimal.
Asumsi negatif tentang
belajar cenderung menciptakan pengalaman negatif dan asumsi positif cenderung
menciptakan pengalaman positif. Sugesti tidak boleh berlebihan, menimbulkan
kesan bodoh, dangkal, tetapi harus realistik, jujur dan tidak bertele-tele.
Menurut Merton (1986), dalam kejadian apapun, jika sudah menetapkan hati untuk
mencapai hasil positif, kemungkinan besar hasil positif yang akan dicapai.
Ketika asumsi negatif sudah digantikan dengan yang positif, maka rasa gembira
dan lega dapat mempercepat pembelajaran.
Menciptakan asumsi
positif tentang belajar dapat dilakukan dengan menata tempat duduk secara
dinamis, menghiasi ruang belajar, atau apa yang ada dalam lingkungan belajar
yang dapat menambah warna, keindahan, minat serta rangsangan belajar peserta
didik. Termasuk dengan kehangatan musik, sebagaimana banyak dilakukan dalam
inovasi-inovasi pembelajaran modern saat ini.
Ada garis lurus antara
tujuan dan manfaat, tetapi tujuan cenderung dikaitkan dengan apa, sedangkan
manfaat dikaitkan dengan “mengapa”. Peserta belajar dapat belajar paling baik
jika mereka tahu mengapa mereka belajar dan dapat menghargai bahwa pembelajaran
mereka punya relevansi dan nilai bagi diri mereka secara pribadi. Orang belajar
untuk mendapatkan hasil bagi diri sendiri. Jika mereka tidak melihat ada
hasilnya, mengapa harus belajar.
Oleh karena itu, penting
sekali untuk sejak awal menegaskan manfaat belajar sesuatu agar orang merasa
terkait dengan topik pelajaran itu secara positif. Dalam banyak kasus,
persiapan pembelajaran dapat dimulai sebelum dimulainya program belajar.
Kerjasama membantu peserta belajar mengurangi stres dan lebih banyak
memanfaatkan energinya untuk belajar. Interaksi sangat penting dalam membangun
komunitas belajar. Hal ini dapat dimulai dengan program tugas kelompok yang
dikaitkan dengan pengenalan, tujuan, manfaat bagi peserta belajar atau
penilaian pengetahuan. Upaya belajar benar-benar bergantung pada peserta
belajar dan bukan merupakan tanggung jawab perancang atau fasilitatornya.
b. Penyampaian (Presentation)
Tahap penyampaian dalam
siklus pembelajaran dimaksudkan untuk mempertemukan peserta belajar dengan
materi belajar yang mengawali proses belajar secara positif dan menarik. Tahap
penyampaian dapat dilakukan dengan kegiatan presentasi di kelas. Belajar adalah
menciptakan pengetahuan, bukan menelan informasi, maka presentasi dilakukan
semata-mata untuk mengawali proses belajar dan bukan untuk dijadikan fokus
utama.
Tujuan tahap penyampaian
adalah membantu peserta belajar menemukan materi belajar yang baru dengan cara
yang menarik, menyenangkan, relevan, melibatkan penca indra dan cocok untu
semua gaya belajar. Hal ini dapat dilakukan melalui uji coba kolaboratif dan
berbagi pengetahuan, pengamatan fenomena dunia nyata, pelibatan seluruh otak
dan tubuh peserta belajar,presentasi interaktif, melalui aneka macam cara yang
disesuaikan dengan seluruh gaya belajar termasuk melalui proyek belajar
berdasarkan-kemitraan dan berdasarkan tim, pelatihan menemukan, atau dengan
memberi pengalaman belajar didunia nyata yang kontekstual serta melalui
pelatihan memecahkan masalah.
c. Latihan (Practice)
Tahap latihan ini dalam
siklus pembelajaran berpengarruh terhadap 70% atau lebih pengalaman belajar
keseluruhan. Dalam tahap inilah pembelajaran yang sebenarnya berlangsung.
Peranan instruktur atau pendidik hanyalah memprakarsai proses belajar dan
menciptaan suasana yang mendukung kelancaran pelatihan. Dengan kata lain tugas
instruktur atau pendidik adalah menyusun konteks tempat peserta belajar dapat
menciptakan isi yang bermakna mengenai materi belajar yang sedang dibahas.
Tujuan tahap pelatihan adalah membantu peserta belajar mengintegrasikan dan
menyerap pengetahuan dan keterampilan baru dengan berbagai cara. Seperti
aktifitas pemrosesan, permainan dalam belajar, aktifitas pemecahan masalah dan
refleksi dan artikulasi individu, dialog berpasangan atau kelompok, pengajaran
dan tinjauan kolaboratif termasuk aktifitas praktis dalam membangun
keterampilan lainnya.
d. Penampilan Hasil (Performance)
Proses belajar
seringkali mengabaikan tahap adahal ini sangat penting disadari bahwa tahap ini merupakan satu kesatuan dengan keseluruhan proses belajar. Tujuan tahap penampilan hasil ini
adalah untuk memastikan bahwa pembelajaran tetap melekat dan berhasil
diterapkan, membantu peserta belajar menerapkan danmemperluas pengetahuan atau
keterampilan baru mereka pada pekerjaan sehingga hasil belajar akan melekat dan
penampilan hasil akan terus meningkat seperti; penerapan di dunia maya dalam
tempo segera, penciptaan dan pelaksanaan rencana aksi, dan aktifitas penguatan
penerapan. Setelah mengalami tiga tahap pertama dalam siklus pembelajaran, kita
perlu memastikan bahwa orang melaksanakan pengetahuan dan keterampilan baru
mereka pada pekerjaan mereka, nilai-nilai nyata bagi diri mereka sendiri,
organisasi dan klien organisasi.
Persoalannya dalam dunia
pendidikan di persekolahan banyak yang menyalahi proses ini. Padahal jika salah
satu dari empat tahap tersebut tidak ada, maka belajarpun cenderung merosot
atau terhenti sama sekali. Pembelajaran akan terganggu jika peserta belajar
tidak terbuka dan tidak siap untuk belajar, tidak menyadari manfaat belajar
untuk diri sendiri, tidak memiliki minat, atau terhambat oleh rintangan
belajar. Hal yang sama terjadi jika gaya belajar pribadi seseorang tidak
diperhatikan dalam tahap penyampaian.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar